Senin, 29 Oktober 2012

Sebuah Lagu Terakhir



Lima hari sebelum semuanya berubah, semua ini masih terasa hening, angin akan selalu seperti ini menghembus di pipi dan rasnya akan selalu begitu. Kilas balik akan semua hal indah tentang aku dan teman-teman atau kilas balik seperti pil pahit yang aku minum pagi ini. Ini semua bukan karena kini aku sendiri, bukan karena aku bukan orang kaya, dan aku bukan orang yang selalu terpuruk karna cinta. Mungkin di musim panas ini aku hanya bisa melihat deburan ombak yang nadanya selalu sama.
Pantai biru ini seperti berwarna hitam, entah kebohongan apa yang masih tertutupi dibalik perceraian ke dua orang tuaku ini. Disinilah aku bersama kebencian atas ayahku, merayakan musim panas di kediamannya tanpa satu patah kata yang ingin kubagi dengannya.
“Candies” tiba-tiba Kelly temanku mengejutkan ku.
“Oh, Kelly kau mengejutkanku” jawab ku.
“Mau pergi belanja?” tanya Kelly.
“tidak...” kataku sambil tersenyum.
“Masih menyelesaikan lagu bodohmu itu?” ejek Kelly.
“Oh Tidak, itu bukan lagu bodoh” kataku, sambil melanjutkan bercanda.
Di bawah sebuah stand makanan ada seorang pria mengenakan pakaian berselancar, dari tadi dia seperti menatapku. Aku sering bertemu dia akhir-akhir ini tapi pria itu memang... Mungkin dia bukan melihatku, tapi dia cukup tampan dan dia pasti disukai banyak wanita.
“Kelly, apa kau kenal dengan pria di stand itu?” tanyaku sambil menunjuk pria itu.
“Pria itu sedikit aneh, tapi dia paling tampan di daerah ini. Namanya Jerrmy dia belum lama tinggal disini tapi dia selalu ramah pada kami. Dia bekerja menjadi montir di bengkel, tapi dia hidup bermewah mewahan” jawab Kelly.
Mungkin ini perasaanku saja, kalau aku pikir pria itu memang misterius, tapi aku yakin dia baik. Kalau aku dapat kenal dengannya, aku sungguh ingin tau banyak tentangnya, apapun tentangnya.
“Candies, dengar... aku kenal denganmu sejak SMA, dulu kau itu periang, perceraian orang tuamu jangan kau jadikan beban pikiran sehingga kau berubah seperti ini. Lihat badanmu seperti hanya tulang dengan kulit.”
Mungkin apa yang dikatakan Kelly itu benar, sejak aku pindah ke Las Vegas setelah perceraian itu aku menjadi  kurus. seharusnya ini tidak usah terlalu dipikirkan, tapi bagaimana hal ini tidak dipikirkan apinya tidak akan mati sebelum lilinnya habis, tapi lilinnya tak pernah habis.
“Kelly, tidak usah berlebihan seperti itu lah, aku ini sexy” jawab ku dengan tertawa.
“Gadis bodoh.... hahaha” ejek Kelly.
“Nenek tua” ku balas ejekannya.
“Maaf Candies, hari ini aku harus pergi berbelanja kemudian ke salon. Jika kamu tidak mau ikut ya sudah. Selamat tinggal.” Kata Kelly deengan menyesal.
 Kelly pun pergi, aku hanya melambaikan tangan padanya. Mungkin hari ini  terlalu sama dengan hari kemarin dan hari hari sebelumnya. Tidak ada inspirasi untuk lagu di opening ceremony di reuni SMA nanti. Aku berharap aku  akan menjadi penyanyi terkenal dan bisa pergi ke Paris dengan seseorang.
Jalan pulang kerumah terasa sepi, hanya ada suara burung diatas pohon. Jalan ini begitu sepi aku harap aku akan segera sampai kerumah. Tidak ada yang peduli saat ini, mungkin aku hanya akan khawatir dengan diriku sendiri, semua orang terasa menjauh dan terkadang aku pikir aku menghilang dari dunia ini.
“Butuh tumpangan?” tanya Jerremy dari  dalam mobil.
Aku tak mengerti mengapa dia bisa ada di sini, apa mungkin dia mengikutiku.
“kau mengikutiku?” tanya ku tanpa basa-basi.
“mengikutimu?... hahaha tempat ini sepi, aku ini tetanggamu jadi jangan takut” jawab Jerremy.
“Ook...” akupun masuk ke dalam mobil sambil ragu-ragu.
Apa yang dikatakan Kelly ternyata benar, mobil ini pasti sangat mahal tapi mungkin mobil ini adalah mobil yang dia pinjam dari bengkel. Pakaian yang dia pakai itu memang mahal, aku pernah melihat pakaian seperti itu di majalah edisi terbaru.
“ Jadi kamu temannya Kelly ya?” tanya Jerremy.
“Iya, dia temanku saat SMA.” Jawabku.
“Mengapa kamu terlihat takut padaku?” tanya dia.
Aku baru menyadari, setiap aku melihat dia aku selalu lari. Entah dari sisimana yang membuatku takut, tapi rasa takut itu muncul ketika aku melihatnya.
“Eh, harusnya aku yang takut kalau melihatmu” kata Jerremy.
“Apa aku terlihat seperti nenek sihir?” tanyaku.
“Tidak” jawabnya.
“Lalu?” tanyaku.   
“Aku takut hatiku dicuri oleh wantia cantik” kata Jerremy sambil tersenyum.
Kalau aku mengenal Jerremy aku pasti akan tertawa, tapi mungkin ini akan gila. Entah kenapa rasanya aku ingin segera berada di kamarku. Rasanya aku ingin ini akan segera berakhir. Jerremypun memelankan mobilnya dan berhenti di depan rumahku, tak terasa sudah sampai kerumah.
“Makasih ya” kataku sambil tersenyum dan keluar mobil.
“Ini akan sering terjadi!” katanya sambil tersenyum.
Aku tidak mengerti apa maksud perkataan Jerremy, tapi rasanya satu patah kata yang keluar dari mulutnya itu akan membuat ketakutanku padanya semakin menjadi-jadi. Akupun segera turun dari mobil itu, ketikaku injakan kaki di tanah rasanya seperti merasa keluar dari penjara yang terisolasi.
“Tunggu!!!” tanya Jerremy saatku membuka pintu pagar, akupun melirik ke arahnya.
“Kita belum berkenalan, siapa namamu?” tanya Jerremy.
“Aku tau siapa kamu, namaku Candies” kataku sambil tersenyum dan masuk kedalam rumah.
Seperti biasa, ketika aku masuk ke dalam rumah semua terasa sepi. Tidak ada seorangpun dirumah, mungkin penjahat itu sedang bersenang-senang diluar sana. Entah apa yang aku lakukan, sejak perceraian itu aku anggap ayahku adalah penjahat.
Hari ini memang akan selalu menjadi hari kemarin, Dan hari kemarin tak akan pernah kembali menjadi dulu, semua berputar di tempat yang sama. Berdiam di pantai dan berusaha mencari inspirasi untuk menyelesaikan lagu itu. Berkali ku pasang mata, seribu kali mataku terkena debu. Dalam empat hari ini Jerremy memang tidak ada di pantai ini, rasa penasaranku pada pria itu memang membuat rasa takut ini akan segera menghilang semakin dia menghilang semakin aku ingin tau banyak tentangnya.
Berpegang gitar dan secarik kertas, not not yang ku tulis tak akan muncul sebelum penderitaan ini berakhir. Penderitaan ini tak pernah kubayangkan sebelumnya, dengan tiba-tiba orang –orang datang dan pergi. Rasanya awan dalam pikiranku ini terlalu banyak.
Kesokan harinya kubuka mataku secara perlahan, aku terbangun oleh sorot matahari yang menyinari kamarku dari celah-celah fentelasi. Biasanya aku tak pernah bangun kesiangan seperti ini kalau ada ibu pasti dia sudah membangunkan ku pagi-pagi sekali. Terdengar percakapan dari ruang tamu. Aku pun segera menuju ke ruang tamu.
Aku sangat terkejut, ternyata Ayahku sedang berbicara dengan Jerremy. Untuk apa dia kemari?.
“Tidak, Dia Masih Tidur” Kata ayahku.
Aku benci ayahku, dia bisa mengatur hidupku tapi dia sulit untuk mengatur hidupnya. Mungkin dia terlalu bodoh untuk jadi seorang ayah. Mungkin aku harus membuat ayahku sedikit kesal, tanpa basa basi aku langsung memeluk Jerremy dan sok sudah kenal dekat dengan dia. Ayahkupun hanya menggelengkan kepala dan pergi ke dapur.
“Maafkan aku, aku hanya tidak ingin dia terus mengatur hidupku” Kataku pada Jerremy, sambil melepaskan pelukanku padanya.
“lupakan saja, butuh Inspirasi hah?” Tanya Jerremy.
“Bagaimana bisa kamu tau?” Tanyaku dengan heran.
“Aku punya kamera penguntit... hahaha” Jawab Jerremy.
Kini kata-kata itu sudah tidak pernah dipakai lagi, hari-hari ini terasa indah sejak aku kenal dengan Jerremy.  Setiap hari Jerremy mengajaku ke sebuah tempat yang tak pernah aku sangka. Kami bisa bersepedah ke gunung, melihat air terjun, Aquarium raksasa, melihat sunset dari atas bukit dengan mobil tua, dan banyak hal yang menarik lainnya. Untuk seorang teman dia adalah seorang kakak dan untuk seorang kakak dia adalah seorang teman.
Untukku dia bukan lagi orang yang misterius, besok dia akan mengajakku kesuatu tempat. Tempat dimana aku harus menyelesaikan lagu itu dan dia berkata padaku pada hari itu lagu itu sudah selesai.  Aku sudah siap dengan kejutan dibesok hari yang akan dia bawa.
“Dapat pengalaman berkesan di Musim Panas?” tanya ayah ketika aku baru saja pulang.
“Itu jelas bukan urusanmu.” Kataku sambil memasuki kamar.
Sikap burukku ke pada ayahku memang bukan apa-apa, dibanding apa yang dia lakukan kepada ibuku. Andai saja aku punya uang banyak, reuni SMA kali ini aku akan menyewa hotel saja.
Pagi ini seperti biasa Jerremy datang menjemputku, dengan mobil yang berbeda yang membuat aku tambah penasaran. Aku tak tau apa yang aku pikirkan tapi hari ini dia terlihat tidak sabar, seperti ingin menunjukkan sesuatu yang sangat special. Mungkin pagi ini Jerremy akan menunjukkan tempat paling indah di kota ini.
“Bagaimana lagumu, sudah selesai?” tanya Jerremy.
“Masih mencari Inspirasi, aku harap hari ini ada kejadian menarik” Jawabku.
Jerremy membawaku ke tempat yang sangat Indah sekali, Jauh dari keramaian dan terlihat sangat tenang. Kesejukan ini tak akan pernah terbeli di Las Vegas, tinggal kepalsuan seperti hidupku. Tiba-tiba kami berhenti di sebuah gerbang besar, didalamnya ada sebuah rumah yang sangat indah. Aku pikir ini adalah sebuah tempat umum, entah tempat apa ini yang jelas ini adalah sebuah kejutan.
“Tunggu sebentar, aku akan buka gerbang itu” kata Jerremy .
Aku hanya tersenyum sambil melihat matanya. Setelah pintu gerbang itu dibuka Jerremy masuk ke dalam mobil dan memasukan mobil itu kedalam garasi rumah besar itu. Keluar seorang ibu dari rumah itu dengan pakaian yang cantik dan rapi. Lalu ibu itu menghampiri kami.
“Hei, kenapa sangat cepat?” tanya ibu itu.
“tidak bu ini butuh proses, oh iya ini Candies, Candies ini ibu” Jawab Jerremy.
Aku tidak mengerti, dengan semua ini mengapa Jerremy mengajakku ke tempat seperti ini. Sebenarnya siapa ibu itu?, apa ibu itu ibunya Jerremy. Tapi Jerremy adalah seorang montir, tidak mungkin dia memiliki rumah sebagus ini. Tapi apakah Jerremy itu orangkaya?.
“Bu...” kataku sambil menjulurkan tanganku padanya.
“Senang bertemu denganmu, ayo kalian masuk kita makan siang” kata ibu itu sambil masuk ke dalam rumah.
“Jerremy, apa yang tadi itu ibumu?” tanyaku.
“Iya dia ibuku, aku tau ini bukan bahan ispirasimu tapi...” Jawab Jerremy dengan gundah.
“Mengapa kau tidak berteus terang?, kau orang kaya?” kataku sambil memegang pundak Jerremy.
Jerremy hanya tersenyum dengan penuh arti. Aku bisa lihat ketulusan cinta dari matanya. Lewat makan siang itu aku tau semuanya, Jerremy bukanlah seorang terotis, pembunuh bayaran seperti yang aku sangka. Jerremy hanyalah menginginkan ketulusan cinta yang tidak memandang materi. Aku tidak mengerti belum satu minggu aku mengenal Jerremy dan dia hanyalah temanku.
Setelah makan siang selesai, aku dan Jerremy pergi ke sebuah ruangan yang  sangat indah. Terdapat Sofa di depan Jendela yang menghadap ke bawah gunung dan Piano di sudut ruangan.
“Mengapa  sangat lama untuk selesaikan lagu?” tanya Jerremy sambil dia duduk di sebuah kursi di depan piano.
“itu tidak akan mudah jika begini keadaannya, sebenarnya yang aku inginkan adalah liburan musim panas yang terbaik. Seharusnya lagu itu sudah selesai tapi setelah ku buat esok harinya aku membuangnya. Aku tak tau mengapa ini begitu sulit.” Jawabku sambil menitikkan air mata.
“Kau tidak perlu seperti itu, ini bukan tentang menjadi yang terbaik atau penampilanmu hari nanti. Ini tentang perasaan yang kau alami musim panas ini”  hibur Jerremy.
“aku bahagia saat bersamamu” kataku sambil memeluk Jerremy dengan erat.
Permen yang aku gigit ini semakin lama semakin terasa di lidah. Mungkin hari ini aku harus selesaikan lagu ini, lagu sepecial untuk reuni nanti. Mungkin hari ini adalah hari yang selama ini aku tunggu, hari yang menjadi bagian dari hidupku. Setelah semua ini berlalu aku kembali kerumah, aku tak tau mengapa sebahagia ini tapi air putih yang sekarang ku pegang ini bukan lagi hal yang membuatku frustasi.
Saking bahagianya aku sampai menari-nari di atas tangga, dan tidak sengaja aku menumpahkan air yang ku pegang.  Rasa bahagia ini seperti tak ternilai harganya, dan mungkin ini adalah harga mati. Akupun kembali ke dapur dan mengambil lap pel, tiba-tiba suara ada suara jatuh dari atas, akupun berlari menuju arah suara itu.
Semua terjadi begitu saja, dan tentu rasa bersalah akan semua hal itu datang. Ayahku, dia terjatuh saat menuruni tangga mungkin karena air putih yang tadi tumpah. Aku mendapati dia telah pingsan dan luka di kepalanya. Sekarang ayahku dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Aku tak tau apa yang harus aku lakukan sekarang, menunggu ayah sadar, menelpon ibu, menelpon Jerremy, menelpon Kelly semuanya aku telah lakukan. Satu jam kemudian saat Jerremy dan Kelly telah berkumpul disini suster memberi tahu kalau ayah telah sadar. Rasanya rasa kebencian itu telah hilang setelah kejadian ini, rasa bersalah selalu hadir di antara kami.
Aku masuk ke ruangan itu, ruangan yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya, ruangan tanpa ketenangan.
“Ayah, kau baik-baik saja?” tanyaku sambil menitikan air mata.
“Candies” Jawab ayah dengan nafas yang sulit.
“Ayah maafkan aku atas semua, aku tau aku bukan anak yang baik mungkin aku terkutuk, tapi aku berjanji... ayah maafkan aku” kataku sambil mencium tangan ayah.
“aku tak pernah membencimu,  aku menyayangi kau dan ibumu lebih dari kehidupan” kata ayah.
Setelah itu ibu datang, dan memelukku dia menanyakan keadaan ayah. Ibu tersenyum saat melihat ayah tertidur di tempat tidur. Rasa cinta ibu pada ayah memang sangat dalam dan aku bisa merasakannya.
“Charlie, kenapa kau bisa begini?” tanya ibu sambil memeluk ayah yang sedang tidur.
Entah kenapa sejak terakhir kali ayah berbicara padaku, ayah langsung tertidur dan tidak bangun lagi. Apa yang terjadi dengan ayahku?, aku tak bisa biarkan ini terjadi aku tekan tombol Emergency untuk memanggil dokter. Tidak lama dokter itu datang.
“Dokter, apa yang terjadi dengan ayah saya?” tanyaku sambil memegang tangan ayah.
“Dokter ada apa ini?” tanya ibu dengan panik.
Dokter memeriksa denyut nadi ayah, menggunakan stetoskopnya, dan melakukan apapun untuk membuat ayah sadar kembali. Apa yang terjadi dengan ayah, kenapa dokter hanya menggelengkan kepala dari tadi.
“Maafkan saya” kata dokter kepada kami.
Setelah itu ibu terlihat melemas dan aku tak kuat menahan semua hal yang terjadi ini. Rasanya aku ingin punya mesin waktu dan kembali ke masa lau, masa dimana masih ada harapan dan kesempatan. Kami harus rela ayah pergi meninggalkan kami, untuk selamanya dia tak akan pernah terganti. Tidak akan ada ayah baru, aku akan pastikan itu.
Setelah aku keluar dari kamar rawat aku melihat Jerremy sedang duduk di lobi dan asyik memainkan handphonenya. Aku benar-benar telah salah memilih orang untuk jadi teman seumur hidupku. Ditengah keadaan genting seperti ini dia dimana?, dia asyik dengan dunianya sendiri.
“Cukup Jerremy” kataku sambil membanting Handphonenya.
“Apa-apaan kau ini?” kata Jerremy sambil membentaku.
“Jangan pernah temui aku lagi!” kataku  sambil pergi dari hadapan Jerremy.
Apa dia yang aku cari selama ini, dia yang asyik dengan kehidupannya sendiri. Kami sedih, panik, ingin mati, tapi dia?. Rasanya tidak ada kesan bahagia dalam musim panas ini, semuanya berakhir sama seperti nyawa ayah.  Mungkin kami akan kembali ke Las Vegas.
3 hari setelah kematian ayah, kami masih berkabung dan tidak ada yang dapat aku dan ibu lakukan selain memandangi foto ayah atau pergi ke kuburan. Rasanya ini masih terasa asing, terkadang aku berpikir kalau ayah sedang pergi ke luar kota. Ayah berkata dia mencintai aku dan ibuku lebih dari kehidupan, jika dulu aku membencinya kini kata itu sudah tidak berlaku lagi. Kini siang berganti malam.
“Candies, ada surat untukmu..." Teriak ibu dari ruang tamu.
“siapa yang mengirimiku surat?” tanyaku sambil menghapiri ibu.
“Buka saja suratnya” kata ibu.
Aku buka surat itu secara perlahan dan mulai kubaca, surat yang singkat tetapi sangat indah.
Ini sudah hampir 1 tahun sejak aku menulis semua ini dan aku pikir aku bisa menulisnya lagi sekarang setelah aku bertemu denganmu. Kau tau betapa aku sangat mencintaimu, semua ini tidaklah mudah. Mungkin  waktu yang akan membawa pulang dan waktu yang mengucapkan selamat tinggal. Masalah dengan waktu yang aku pelajari, kalau satu minggu waktu yang aku habiskan denganmu, apa sisanya harus aku habiskan dengan kesendirian?, hanya waktu yang dapat menjawab. Aku tidak tau kenapa kau di luar sana tapi aku mengerti aku telah kehilanganmu sejak lama, tak peduli walau hanya satu menit yang berlalu. Aku tahu satu hal untuk bisa jujur dengan seseorang, aku melihatnya sekarang.
(Aku harap besok kau datang ke Reuni SMA.)

Jerremy

Jerremy mengirimiku surat, bukan surat cinta tapi ini lebih manis dari surat cinta. Sepertinya kejadian di rumah sakit kemarin hanya sebuah kesalah pahaman bodoh. Mungkin aku bisa memberikan kesempatan pada pria malang itu, besok aku akan pergi ke Reuni dan bernyanyi didepan orang banyak.
Besok paginya aku berada di acara Reuni, banyak teman lama yang ingin kujumpai. Tidak ada Jerremy sampai aku tampil di atas panggung, bernyanyi untuk ayah dan berharap ayah bisa mendengarnya dan dia akan tersenyum.  Piano dan suara dari hati membuat penonton sangat terkesan, mengapa membuat lagu begitu lama, jika kemarin aku buat lagunya hanya dalam satu jam.
“lagu ini saya persembahkan untuk ayah saya, dimanapun dia berada saya percaya dia dapat mendengarnya” kataku sambil memulai memainkan piano kemudian bernyanyi.
“Jam dinding jadi kuas dan aku kanvasnya
Percaya atau tidak ini kenyataannya
Berkali-kali ku cuci mukaku
Berkali pula ku hentakan pisau ini

Jika uang membeli nyawa
Jika cinta sudahlah cukup
Mungkin dunia itu kembali
Tidak sekelam ini tidak sesepi ini”

Itu lirik yang baru saja aku nyanyikan, musim panas ini adalah musim panas yang sangat aneh. Setelah aku turun dari panggung aku temui Jerremy, aku begitu merindukannya. Sungguh dia memang bagian dari hidupku.
“ltu lagu yang buruk” kata Jerremy sambil memegang rambutku.
“tidak, penonton suka itu”Jawabku sambil melepaskan tangan Jerremy dan menitikan air mata.
Lagu ini bukan lagu yang aku ingin tampiilkan saat ini, Jerremy tidak akan pernah mengerti rasanya. Ini perih sekali, tak mungkin aku dapat berbahagia.
“tapi kau menangis?” kata Jerremy sambi menghaspus air mataku.
“Aku ingat ayahku, aku begitu membenci dia tapi dia pergi secepat itu, tak ada kesempatan untukku berubah” kataku sambil memeluk Jerremy.
Rasa kehilangan tidak mungkin ku pendam, bebagi rasa itu dengan Jerremy. Tak masalah apa dia mau ikut bersimpati atau tidak.
“hey, ini semua telah berakhir kita bisa buka awalan baru mulai sekarang!” seru Jerremy sambil melepaskan pelukanku dengan penuh semangat.
Aku merasa tidak bisa, ini tidak mudah. Melupakan seserang yang sangat dicintai, memulai awalan baru tanpanya. Kasusnya berbeda, jika awalnya ayah yang membuatku benci tapi karma tidak pernah berbohong.
“kau berubah untuk kesempatan Candies!” seru Jerremy sekali lagi .
Jerremy itu tampan dan yang pasti dia mengerti aku, dia mau cari tau tentang aku. Mengapa dia satu-satunya pria setelah ayahku yang begitu menarik. Rasanya ini terjadi untuk yang kedua kalinya.
“mengapa kau membuatku tertarik lagi?” tanyaku dengan senyum.
Jerremy tertawa, senyumannya seperti orang yang paling bahagia di dunia. Pangeran yang telah menemukan Cinderella, akukah Cinderella itu?.
“hey yang tadi itu lagu terakhir kan? aku tidak ingin kau seperti ini lagi, kau sungguh jelek” ejek Jerremy.
Sesuatu yang aku bisa katakan Jerremy setelah aku jatuh , sebelum aku meresakan gelap. Satu hal yang aku bisarasakan lagi disini, sebelum semuanya menjadi hitam kembali, ia menjadi bagian terakhir di pikiranku.  Kebiasaan itu tidak pernah berakhir, Jerremy tidak pernah bosan menunjukkanku hal- hal baru.  Lagu di panggung tadi adalah lagu yang terakhir, tak akan pernah aku ungkit lagi. Anggapan ku salah jika ayah akan tersentuh dengan lagu bodoh yang membuatku tersakiti saat kumainkan. Aku percaya ayah senang jika aku senang, kini hanya doa untuknya dan bukan sebuah doa terakhir.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar