Senin, 29 Oktober 2012

madam oh madam


Kebahagiaan tak pernah terbeli, jika dipaksa akan terus mengejarmu layaknya abu neraka yang tertiup angin. Jiwa yang lemah harus bersiap kalah dengan kekuatan yang lebih besar. Tergantung apa yang membuat kita lemah, masalahnya mengapa kita bisa lemah?.
 Namaku Miley, di usia sembilan belas tahun ini aku tak pernah mendapat kebebasan kebebasan dalam hidupku. Keharmonisan keluargaku  membuat kami diperbudak oleh aturan kaku.  Tak pernah sekalipun aku melawan mereka, tapi hanya berharap aturan ini menghilang.
Siang ini jam kuliahku sudah habis, aku harus cepat-cepat pulang ke rumah kalau tidak ibuku pasti akan segera menggantungku bila aku pulang terlambat.
“Miley, malam ini pesta besar dirayakan di rumah Brad. Ayolah kau tidak boleh lewatkan ini” seru Lana sambil memegang handphonenya.
“nanti saja kukabari!” jawabku sambil bergegas pulang ke rumah.
Semua aturan tak akan pernah berhenti jika aku masih tinggal di rumah itu , tidak ada salahnya kalau aku terus mematuhi mereka. Layaknya robot yang mematuhi perintah majikannya, semua orang bilang aku ini anak manja tapi mau berbuat apa lagi semua ini memang begini adanya.
“Miley tunggu!!!, Liam akan menantikan kedatangan mu” teriak Lana padaku.
Rasanya ini semua tidak akan pernah berhenti, aku fikir kami saling menyukai tapi mengapa begitu sulit untuk berkata I LOVE YOU, hanya tiga kata tapi kami butuh banyak waktu. Aku tak yakin aku bisa dapatkan sosok Liam di orang lain, rasanya hanya Liam yang terbaik tetapi titik kemungkinannya nol besar.
Sesampainya dirumah aku takut untuk bilang pada ibu kalau aku ingin datang ke pesta Brad. Kemungkinan untuk datang ke pesta Brad adalah nol persen kalau aku membantah ibu mungkin bisa jadi sepuluh persen dengan resiko yang besar. Di dapur ada ibu sedang memasak untuk makan malam, aku mengendap-endap masuk ke kamar dengan hati-hati.
Apa yang akan aku pakai malam ini?, apa dress yang cantik seperti putri atau dress sexy yang membuat Liam lebih tertarik, aku rasa tidak. Akupun mencoba semua dress yang aku miliki dan mencocokannya di depan kaca.
Tiba-tiba ibu masuk ke kamarku tanpa mengetuk pintu.
“Ibu ada apa?” tanyaku dengan kaget.
“Oh, kau sudah pulang?. Ibu hanya ingin ikut chatting” kata ibu sambil menuju komputer yang tersimpan disudut kamar.
Untuk apa ibu Chatting di kamarku, bukannya ibu memiliki laptop sendiri, mengapa harus menggunakan komputerku.
“Tapi bu, mengapa tidak pakai laptop ibu saja?” kataku dengan ragu.
“Sebenarnya ibu hanya melihat jejaring sosial milikmu, ya setidaknya ibu tau kamu bergaul dengan siapa saja. Ibu rasa teman-temanmu itu tidak baik Miley” kata ibu sambil membuka mention di twitterku yang penuh dengan kata-kata kasar.
Ibu memang sangat menyebalkan, aku rasa tidak ada seorang ibu yang seprotect ini terhadap anaknya. Mungkin hanya ada satu ibu di dunia yang seperti ini, ya hanya satu.
“Apppa... tapi ibu itu privasiku, ibu tidak bisa seperti ini. Lagi pula itu hanya lelucon” bentakku pada ibu.
“Apapun yang ibu katakan itu untuk kebaikan kamu, tunggu kamu mau pergi kemana dengan dress sexy seperti itu?” tanya ibuku sambil menatap dress yang ku pakai.
“Hanya pesta” kataku dengan pasrah.
“kau tidak boleh datang, dan jangan bantah perintah ibu atau kau akan durhaka!” perintah ibu sambil berjalan keluar kamar dan membanting pintu.
Tapi ibu,  ini satu-satunya kesempatan anakmu untuk bertemu dengan Liam. Siapa tau kami bisa saling menyatakan cinta di pesta itu, aku harap aku bisa bersama tapi ini begitu sulit.
Tiba-tiba telpon berdering.
“Millleyy, jam delapan malam John datang untuk menjemputmu tapi aku dengar Liam akan menjemputmu juga. Aku rasa kau harus bersiap” seru Lana dalam telepon.
 Lana memang sangat bersemangat untuk datang ke pesta itu. Orang tua Lana membebaskan apapun yang akan Lana lakukan tak ada seperangkat aturan yang membelenggunya. Lana Cantik dan disukai banyak pria, tapi dia sedikit fulgar.
“Maaf Lana, tapi ibuku melarangku untuk pergi ke pesta Brad, aku harap Liam dapat bersabar” kataku dengan menyesal.
“Come on  Miley.... ini pesta besar, tidak hanya Liam yang berada disana. Kau tau kan mantanmu John tidak akan pernah bisa melupakan gadis lugu dan manja sepertimu” Kata Lana dengan memelas.
John adalah mantan yang sangat menyebalkan, dia mempermainkan hatiku saat kami pacaran. Dengan seenaknya John mengusik hidupku lagi setelah aku berpaling pada Liam, rasanya ini sudah lebih dari cukup.
“Maaf apapun alasannya tapi aku tidak bisa!” kataku sambil menutup telepon.
Apa yang harus aku lakukan sekarang?, mengerjakan setumpuk PR, membaca buku,  mendengar radio atau tidur seharian. Handphone ini  tidak akan pernah berhenti berdering sampai pesta itu berakhir, ok aku bisa memulainya dari sekarang. Tidur sampai pagi dan jangan pernah bermimpi, aku rasa aku harus minum obat tidurku.
Pagi selanjutnya aku terbangun oleh suara dering alarm jam yang sengaja kupasang. Tidak ada yang lebih nikmat dari tidur, melupakan semua beban yang terus membuntutiku kemanapun aku akan singgah atau memang tinggal dalam otakku. Ya tuhan ternyata aku terlambat, kuliah dimulai pada jam 7.30 dan sekarang adalah jam 7.
Aku bergegas pergi ke kampus dengan pakaian ala kadarnya. Sambil mengendarai  mobil yang ayahku beri setahun yang lalu, sampai aku menabrak seorang wanita yang membawa troli. Dengan spontan aku turun dari mobil dan menghampiri wanita itu, tampaknya dia tidak terluka parah untung mobil yang kujalankan masih dalam keadaan lambat.  Akupun segera menghampiri wanita itu “Maaf nyonya, aku akan mengantarmu ke rumah sakit, apa kau terluka?” tanyaku dengan panik.
.Entah kenapa ibu itu hanya  tersenyum kepadaku, seharusnya ibu ini marah-marah seperti orang pada umumnya.
“Tidak terimakasih, kau sangat baik hati...” kata ibu itu sambil terus tersenyum kepadaku.
“Oh ibu tidak perlu seperti itu, aku bersungguh-sungguh menolong Nyoya” aku potong omongannya.
 ibu ini aneh, dari mulai pakaiannya ini bukan pakaian orang biasa pada umumnya. Dengan aksesoris bergambar tengkorak  yang cukup menyeramkan dan bulu mata yang benar-benar tebal,  membuat ibu ini terlihat seperti penyihir.
“Nak kau sangat baik hati, jika kamu perlu bantuan datang saja ke kantor  saya di depan hotel Beverly Hilton. Anggap ini adalah ucapan terimakasih saya untuk orang sebaik kamu Miley” ucap wanita itu sambil pergi dan membawa troli yang dia bawa tanpa satupun belanjaan.
Baiklah aku akan mencoba untuk tetap tenang, kembali kedalam mobil dan mulai menyetir. Jam berapa ini?, aku sampai lupa untuk membawa jam tangan, tapi yang pasti aku sudah terlambat. Aku lupa handphone yang semalam ku matikan masih belum aku hidupkan lagi.  Kuhidupkan kembali handphoneku, pasti akan banyak pesan atau panggilan tak terjawab.  Aku hela nafas dalam-dalam dan mulai membaca satu persatu pesan yang masuk.
Tidak salah lagi ada satu mms yang masuk dari Lana, tak berisikan pesan tapi gambarnya cukup membuatku ingin membutakan fikiran ini. Rasanya penyesalan bukan menjadi satu alasan tepat, tapi apa yang kurasa sekarang adalah jawabannya. Sebuah foto yang sangat indah, foto Liam dan seorang gadis sexy berambut pirang sambil memeluk Liam. Yang aku tau Liam tidak punya sahabat perempuan atau adik perempuan. Itu jelas perempuan nakal yang hanya ingin menikmati malam itu.
Ibu, kalau bukan ibu yang melarangku untuk datang ke pesta itu ini semua tidak akan pernah terjadi. Mungkin aku yang ada di foto ini, feelling ini sudah kurasakan sejak lama, sejak kami mulai saling suka. Kalau orang tuaku masih menganggapku anak kecil aku tidak akan pernah menjadi dewasa.
 Tuhan apa yang harus aku lakukan sekarang?, pergi ke gereja, mabuk-mabukan di bar, pergi ke tempat spa dan lupakan semua, atau... aku ingat satu hal. Wanita yang tadi ku tabrak menawarkan bantuan padaku, jika aku datang padanya mungkin dia akan membantuku. Tapi apa orang tadi bisa di percaya, orang tadi tau namaku tapi aku tidak memperkenalkan identitasku padanya, ya dia bisa mengetahui seseorang itu berarti dia bukan orang biasa. Mungkin aku bisa datang ke kantornya sekarang juga.
Sesampai di depan Hotel Beverly Hilton yang sangat luas, dan tentu banyak sekali kantor di depannya. Aku tidak tau apa mungkin ibu ini bercanda tapi bagaimana mungkin ibu ini mempermainkanku atau menganggap ini lelucon konyol. Dasar bodoh, cepat sekali percaya pada orang yang tidak dikenal.
“Aku tau apa yang kamu pikirkan anak muda,  jika kau datang kemari untuk meminta bantuan mari masuk ke dalam” bisik  ibu tadi secara tiba-tiba.
Aku pun masuk bersama ibu itu ke sebuah kantor yang diatasnya terdapat spanduk “Madam Savanah” mungkin orang ini paranormal atau semacamnya. Apa orang ini bisa membaca pikiran orang lain, sebaiknya aku relax dan mulai pasrah atas apa yang akan terjadi. Dari luar tempat ini seperti sebuah kantor mungil yang rapi, tapi dari dalam kantor ini penuh dengan benda mistis yang membuatku takut setengah mati. Ibu itu mempersilahkanku duduk di kursi yang berhadapan dengannya.
“Jadi nama nyonya Madam Savanah?” tanyaku dengan ragu.
“Ya kau benar, jadi apa yang membuatmu datang kemari?” tanya Madam Savanah.
“Aku hanya muak dengan hidupku, melihat seseorang berbahagia diluar sana, sementara aku hanya menunggu di luar batas.” Jawabku dengan emosi.
Rasanya sangat lega, mengungkapkan beban yang dari tadi aku pendam tanpa aku tau harus membaginya pada siapa. Walaupun kata-kata yang aku ucapkan tadi itu hanya sedikit tapi aku yakin ibu ini tau apa yang kurasakan saat ini.
“Jika memang kau bersungguh-sungguh, ikuti perintahku!” kata Madam Savanah sambil mengelus-elus ular peliharaannya.
Tanpa rasa ragu, aku mengangguk dan terus menatap Madam Savanah.
“Tarik nafas dalam-dalam dan biarkan sebuah energy masuk ke dalam tubuhmu, mengetahui penderitaanmu saat ini!” Perintah Madam.
Aku coba tarik nafas dalam-dalam, membuangnya kemudian membuka jiwaku untuk sebuah energy yang akan membebaskan hidupku ini. Ternyata ini tidak sulit, aku pikir aku harus memotong ayam atau membunuh orang seperti dalam film horror.
“Baik, apa yang kamu inginkan?” tanya Madam.
“Aku hanya ingin orang tuaku berhenti mengatur hidupku dan aku ingin aku disukai oleh banyak pria dan tidak ada lagi yang dapat menggangguku lagi!” Jawabku dengan bersungguh-sungguh.
Dengan perlahan sepertinya aku sudah diambang tidak sadar, seperti ada yang mengendalikan tubuhku. Seperti habis meminum ekstraksi tapi ini menyakitkan, sangat menyakitkan. Seperti belenggu yang selama ini menempel perlahan memudar, ya tuhan mengapa senikmat ini?.
“Baik, katakan permintaanmu itu kembali dengan lantang dan bersungguh-sungguh atas kepedihanmu saat ini” Perintah  Madam  dengan sedikit bentakan.
“Aku ingin orang tuaku berhenti mengatur hidupku dan aku ingin aku disukai banyak pria dan tidak ada lagi yang dapat menggangguku lagi” Jawabku dengan lantang.
“Apa kau bertanggung jawab dengan permintaanmu itu?” Tanya Madam sekali lagi.
“Ya, Madam” Jawabku dengan menyerah.
“Baik, hal hal baru akan mulai terjadi pada hidupmu” Madam tersenyum.
Sepertinya ritual ini sudah selesai, tanpa basa-basi aku berterimakasih dan segera pulang ke rumah.  Aku harap tidak akan ada lagi hal-hal yang membuatku menangis, tak akan ada lagi kecemburuan.
Ketika aku pulang ke rumah, ibuku berada di dalam kamar sambil menangis,  mengapa dia menangis?,  siapa yang menyakitinya?. Aku tak akan pernah membiarkan ibuku disakiti oleh siapapun kemudian aku menghampiri ibu kedalam kamar.
“Ibu, apa yang terjadi?” tanyaku.
“Tidak, kau makan saja pasti kau sangat lapar!” jawab ibu sambil menyembunyikan sesuatu ditangannya.
“tidak ibu, apa yang ibu sembuyikan?” kataku sambil mengambil sesuatu yang ibu sembunyikan dibalik tangannya.
Ternyata ada sebuah cincin indah yang berhiaskan permata biru, cincin itu begitu indah. Mengapa ibu menangis memegang cincin indah itu?, apa ibu akan menjualnya?.
“Ini akan ibu apakan?, mengapa aku tidak pernah melihat cincin ini melingkar di jari ibu?” tanyaku sambil terus memandangi cincin itu.
“Ayahmu membelikan cincin ini untuk  wanita lain,  Miley...” jawab ibu sambil terus menangis.
Rasanya tidak mungkin ayahku seperti itu, tidak mungkin ayah selingkuh dibelakang ibu. Berkali-kali aku bertanya pada tuhan mengapa ini bisa terjadi padahal ayah dan ibu itu adalah pasangan yang harmonis, tapi Tuhan seakan menjauh atau aku yang menjauh?.
   Tak pernah terbayang olehku  jika  ayah dan ibu akan berpisah, dan aku tak pernah ingin membayangkannya. Ibu pasti sangat patah hati dia yang selama ini mengabdi pada ayah, tak pernah terbercik sedikitpun dihatinya untuk berselingkuh tetapi ayah malah menghianati  ibu.
Malam ini ayah tidak pulang, aku merindukan keharmonisan ayah pada ibu seperti biasanya karna setiap malam mereka adalah pasangan yang mesra. Kesokan harinyapun sama ibu seakan tidak peduli dengan hidupnya lagi, dia hanya mengunci diri dikamar dan tidak melakukan kegiatan apapun. Aku meresa bersalah melihat apa yang terjadi pada kedua orang tuaku, tapi aku tidak bisa menyalahkan ayahku bagaimanapun itu adalah haknya.
Berangkat kesekolah dengan perasaan yang tak menentu, aku ingin sekali memarahi Liam atau aku ingin sekali menangis seharian di kampus dan banyak yang bertanya “Mengapa kau menangis?”. Ini jelas bukan lelucon, tidak ada yang boleh tau apa yang terjadi dengan keluargaku tidak Liam atau Lana.
Setelah sampai kampus semuanya berubah seakan tidak ada lagi tangisan atau apapun. Entah kenapa setiap aku  bertemu dengan pria aku selalu mengedipkan mata kananku atau mencolek pria itu, tapi bukan aku yang melakukannya. Seperti ada yang memaksa untuk melakukan hal sepeti itu.
Hari ini aku belum sempat berbicara pada Liam atau Lana, aku hanya sibuk belajar seharian. Ada mata kuliah tambahan dan kebetulan sampai malam, handphoneku mati aku tak sempat menelepon ibu. Ketika aku sampai ke rumah jam 8 malam, aku tidak melihat lampu rumah menyala. Untuk pertama kalinya ibu tidak bertanya “Habis darimana?”, “Meganpa tidak memberitahu pulang malam?”. semuanya berubah, ibu hanya menghabiskan waktu dikamar seharian.
Kesokan harinya ayah pulang dan sempat bertengkar dengan ibu, aku melihat pertengkaran mereka dari tangga tepat didepan mereka. Ibu hanya ingin dihargai, siapa yang akan ayah pilih istri barunya atau ibu. Kenyataannya berbeda, ayah yang selama ini terlihat mencintai ibu dengan sepenuh hati, lebih memilih perempuan lain yang katanya lebih kaya. Mengapa ini menjadi seperti ini, aku tak pernah menginginkan ini.
Tiba-tiba ibu pergi sambil membawa koper besar dan ayah pergi begitu saja meninggalkan kami. Aku tidak mengerti mengapa ayah dan ibu bisa menjadi seperti ini, rasanya baru kemarin mereka saling mengucapkan I Love You.
“Ibu, mengapa ini semua terjadi?, Ibu mau pergi kemana?” tanyaku pada ibu.
Kemudian tatapan ibu kosong dan berkata “Aku hanya ingin orang tuaku berhenti mengatur hidupku dan aku ingin tidak ada lagi yang dapat menggangguku lagi!.”
Permintaan aku itu, apa itu yang membuat kekacauan ini terjadi?, tapi bukan ini maksudku aku hanya ingin mereka berubah bukan terjadi perceraian ini. Kemudian ibu kembail berbicara seperti biasanya.
“Ibu hanya ingin menenangkan diri di rumah nenekmu, jaga dirimu baik-baik Miley!” kata ibu sambil pergi meninggalkan rumah.
Aku tak mengerti mengapa tuhan membiarkan hidupku seperti ini, rasanya konyol jika hanya permintaan bodoh yang membuat hidupku berantakan. Aku tidak ingin menjadi seperti ini, apa iya ini gara-gara permintaan bodoh itu?, tapi bukan ini maksudku.
Hari ini ada ujian di Kampus, tidak mungkin aku bolos hari ini terpaksa aku harus mengikuti ujian dan setelah itu aku langsung pergi ke tempat Madam Savanah. Ketika aku sampai di lapangan parkir di kampus semua sangat berbeda, seluruh pria yang ada di lapang parkir menatapku, layaknya melihat bintang besar yang bersinar. Ya tuhan mengapa ini terjadi, aku ingin semuanya kembali normal tidak seperti ini.
“Hei berheti menatapku seperti itu!” perintahku pada semua orang.
Tiba-tiba seluruh pria menjawab dengan tatapan kosong “Aku hanya ingin orang tuaku berhenti mengatur hidupku dan aku ingin aku disukai oleh banyak pria dan tidak ada lagi yang dapat menggangguku lagi”.
Ya tuhan mengapa menjadi seperti ini, ini bukan maksudku dan bukan seperti ini caranya. Ini salah benar-benar salah. Aku berlari menjauhi pria-pria di lapangan parkir dan aku menabrak Liam.
“Liam?” tanyaku.
Liam hanya tersenyum. Kemudian aku mengajak dia berbicara empat mata padaku di sebuah kelas kosong.
“Mengapa kau tidak sms atau meneleponku?” tanyaku.
“Ini bukan Miley yang aku cintai dulu kau berubah Miley, kau menjadi tebar pesona pada setiap lelaki. Lihat betapa banyak yang menyukaimu sekarang!, kau berbeda.” Jawab Liam dengan mengalihkan pandangannya.
“Tapi aku hanya mencintaimu” Kataku sambil memegang pundak Liam.
“Tidak  Miley, kau berubah” Bentak Liam sambil pergi dari ruangan.
Aku tak mengerti mengapa semua pria seakan menyukaiku tapi Liam tidak, dan mengapa permintaaku sendiri menjerumuskanku pada malapetaka sepeti ini.
“Apa ini karna perempuan itu, perempuan yang kau peluk di pesta Brad?” tanyaku sambil menitikan air mata.
“Dia terpuruk karna pacarnya bunuh diri, aku hanya mencoba menghiburnya” jawab Liam sambil berbalik dan kembali pergi.
Tanpa basa-basi aku pergi ke kantor Madam Savanah, aku tak peduli akan ada ujian atau tidak yang jelas ini harus selesai sekarang juga. Ketika aku sampai di Kantor Madam Savanah, ternyata tidak ada orang disana tetapi ada tulisan diatas kaca “Libur untuk satu bulan”. Benar-benar malapetaka, aku harus menunggu kekacauan ini selama sebulan.
Aku tak akan menyerah dengan masalah yang aku hadapi sekarang, jika aku yang menuai benih aku yang akan dapat buahnya. Setelah sampai kerumah aku langsung mencari tahu tentang Madam Savanah, tidak mungkin dia terlepas dari Google. Banyak  sekali berita-berita tentang Madam Savanah dan banyak berita yang mencengangkan.
“Madam Savanah membantu melalui sentuhan jiwa yang pertama kali ia rasakan, dengan memasuki sebuah energy besar yang berasal dari kekuatan roh-roh yang tersiksa di neraka, dia mengkutuk pasiennya sendiri melalui roh-roh jahat.” Sekarang aku tahu  yang selama ini membuatku ingin mencolek pria atau mengedipkan mata pada pria adalah roh jahat, dan di dalam tubuhku ini ada roh jahat. Pantas sekali tuhan tidak pernah mendengar do’a yang selama ini aku pinta dengan jerit dan tangis.
 Aku terus membuka berita tentang Madam Savanah. “Empat orang remaja terbunuh tanpa alasan yang jelas setelah menemui Madam Savanah”,  aku berharap aku bisa mati seperti mereka dan tidak adalagi kekacauan.
Aku terus membuka beritanya, “Madam Savanah menggunakan kekuatan Leuchorn  untuk membantu pasiennya”.  Penasaran dengan kekuatan yang Madam Savanah gunakan, aku mencarinya di google. “Kekuatan Leucorn adalah kekuatan yang berasal dari kekuatan roh-roh yang tersiksa di neraka, butuh waktu lama untuk mengisi kekuatan ini setelah terpakai dan nyawa adalah taruhannya”. Tidak salah lagi, hari ini Madam Savanah sedang mengisi kekuatannya lagi.
Seperti berputar di tempat yang sama, tidak ada jalan keluar dari jalan ini karna jalan utamanya sedang tertutup. Dengan terpaksa aku harus tunggu kekacauan ini, tanpa alasan yang cukup kuat jika aku adalah tersangka.
Kesokan harinya aku bersiap untuk berangkat kuliah, tanpa ayah, ibu dan sarapan hangat dipagi hari. Tak perlu aku katakan aku sangat menyesal dengan kejadian ini karna jika aku katakan aku pasti akan bunih diri. Aku membuka pintu untuk berangkat kekampus dan ada koran pagi ini yang belum di ambil, aku baca  selebaran koran edisi hari ini,  tanpa satupun berita yang menarik.  Ketika aku buka selebaran koran selanjutnya “Madam Savanah ditemukan tewas di sebuah makam”.  Apa maksud koran ini?,  jadi Madam Savanah telah meninggal, itu berarti...
“Tttiiiiiddddaaaaakkkkkkkkkk...........”. aku terbangun dari tidurku aku terbangun oleh suara dering alarm jam yang sengaja kupasang. Ternyata aku terlambat, kuliah dimulai pada jam 7.30 dan sekarang adalah jam 7.
Aku bergegas pergi ke kampus dengan pakaian ala kadarnya. Sambil mengendarai  mobil yang ayahku beri setahun yang lalu, sampai aku menabrak seorang wanita yang membawa troli. Dengan spontan aku turun dari mobil dan menghampiri wanita itu, tampaknya dia tidak terluka parah untung mobil yang kujalankan masih dalam keadaan lambat. Akupun segera menghampiri wanita itu “Maaf nyonya, aku akan mengantarmu ke rumah sakit, apa kau terluka?” tanyaku dengan panik. Entah kenapa ibu itu hanya  tersenyum kepadaku.

Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar